Monday, July 18, 2011

Funny Underwater Signature Style

My handsome buddy, Wildan Jo. Killer diver yet a dedicated photographer of my underwater adventure.



Headstand pose, float and drop, gee!


Thursday, July 7, 2011

Pisang Karma dari Gadis Heaveneye


Terdampar lagi di Bandara Internasional Beijing. Kali ini kedua kalinya di kotanya Mao Zedong  pada saat musim panas. Pagi bulan Juli di Beijing berasa seperti di Puncak, dingin. Pesawat ke Ulaanbaatar baru berangkat tengah malam nanti. So what?

Oh well, di kota cantik ini pasti lagi bertaburan buah persik montok-montok. Jadi, tujuh belas jam ke depan akan menjadi tantangan mencari buah persik musim panas. Slurp! Air liur hampir menetes. Lets go!

Sambil gosok-gosok tangan ke pantat, ke bagian yang paling hangat setelah duduk tujuh jam di pesawat -harusnya ya. Lalu saya joging dari balai kedatangan menuju balai imigrasi. Lumayan olahraga pagi. Di pesawat udah dikasih makan dua kali, tapi kok kepengen teh panas. Malas juga nongkrong di resto bandara sepagi ini belum ada yang buka. Belum lagi saya nggak suka dengan aroma toko khas kota-kota di Cina, seperti campuran dari bau cuka, bawang putih fermentasi, mie instan basi, dan hairspray tante-tante. Alasan deh!

Yang sebenarnya adalah saya malas duduk di resto bandara hanya untuk pesan makanan dan minuman panas. Buang uang, lagian ini di Cina bung! Hampir semua tempat publik memiliki sarana kran air panas, gratis lagi. Nggak cuma di Cina sih, hampir di seluruh Asia tengah budayanya sama. Pergi aja ke minimarket, beli mie instan cup, seduh teh di tumbler, cari tempat duduk oke. Sambil sarapan bisa pakai wifi bandara untuk browsing jalur bus ke daerah Andingmen. Aww, beres!

Sekitar jam 10.30 saya turun ke bawah menuju halte bus bandara. Saya ambil jalur dua (line 2) menuju Xidan dan karena saya mau ke Nan Luo Guxiang , maka turun di halte ke dua, West Andingmen Bridge dan jalan kaki 10 menit ke arah Lama Temple di Beixinqiao. Tenang saja, sepanjang jalan dari Andingmen menuju Nan Luo Guxiang hanya memakan waktu 15 menit jalan kaki, kamu nggak akan bosan. Di kanan kiri tersebar puluhan restoran, kios makanan kecil seperti sushi dan dim sum, mini market, sampai toko teh. Panjang deskripsinya. Pokoknya semua menggugah indramu deh!

Khusus di dekat Lama Temple banyak tersebar toko suvenir dan cinderamata. Kamu bisa mendapatkan banyak barang khas Tibet, Nepal, dan Bhutan khusus di daerah ini. Sepertinya karena Lama Temple menganut Buddha Tibetan jadi nggak heran banyak toko yang menjual barang khas dari Himalaya. Selain itu, segala yang berbau Tibet adalah hal yang eksotik dan trendi bagi para kaum muda Beijing saat ini.

Ada hal lucu yang terjadi setelah keluar dari Lama Temple. Saat itu sudah jam 2 siang, cukup terik, saya benar-benar ngidam persik. Lirik kanan kiri nggak kelihatan tukang buah satu pun. Persik, pisang, melon, cherry, mangga. Nyess, bayangan buah terlalu jelas menggoda di kepala.

"Duh, buah apa aja saya mau deh!" jerit saya dalam hati.

Baru beberapa langkah, ada toko suvenir Nepali. Keren. Saya masuk dan mulai melihat batu-batu himalaya yang sudah berbentuk gelang, tasbih, mau pun kalung. Ada rajutan karpet mandala yang kuno. Terpesona, saya pun sambil berhitung dalam hati berapa Yuan tersisa dari jatah transport saya hari ini yang bisa dibuat belanja.


Himalayan Red Coral Stone
"Namaste," sapa saya kepada gadis penunggu toko yang berparas Cina Nepali.
"Namaste, please take a look. You seem to like the Himalaya red coral stone," ujarnya.
"I do. I've seen a lot before from my last trip there but haven't got the chance to have them. You have beautiful one," balas saya dengan sopan.

Tiba-tiba dari balik meja dia mengambil pisang dan menyodorkan satu kepada saya. Mungkin ini yang namanya nasib baik setelah memutar banyak roda karma di Lama Temple. Melafal banyak mantra Om Mani Padme Hum  ternyata berbuah hasil.

Thursday, June 16, 2011

Photostoria: Sunset Stroll Losari

Fun, glee, hilarity is a must joy in every summer. Where else could we found those thrills, except traveling with nice friends and have lots of fun. I decided to explore South Sulawesi with few close friends. They are all dive junkie and couldn't stay away from the sea.

Before the dive trip begin, we stop over the capital of South Sulawesi. Makassar is one of the largest populated city in eastern Indonesia region. It has international airport, harbor, and its own charming beauty.

Arrived in the afternoon we stroll to the city's iconic place, the Losari Beach. And here are few snapshot from the visit.



































Friday, June 3, 2011

Denting Dawai Doktor Komuz


Kali ini, di antara bukit hijau kaum nomaden Kirgizstan saya menemukan bagian yang paling orgasmik dari keseluruhan hari. Matahari saat itu sedang agak kelabu, sekitar jam tiga sore di awal bulan Mei 2011. Sebelum mencapai gunung bersalju, saya harus berkendara melintasi dataran tinggi Kirgiz yang seperti bentangan karpet menghijau. 

Sampai di ketinggian hampir tiga ribu meter di atas permukaan laut, saya dan grup beristirahat di sebuah yurt yang dijadikan tempat peristirahatan dan kedai teh. Tidak disangka di sana ada beberapa rombongan akademisi yang mau menyambut delegasi penting dari Cina dengan nyanyian khas Kirgiz. Jadilah kami menonton mereka latihan musik dengan komuz (gitar tradisional Kirgiz).



Di antara pemain, ada satu yang sangat menonjol, dia seorang doktor dari Universitas Bishkek. Namun, sayang sekali saya lupa menuliskan namanya yang cukup sulit untuk diingat. Masih terngiang ketika saat itu saya bertanya apa yang membuatnya begitu dalam menghayati permainan komuz. Dia tersenyum dan menjawab,

"Ketika saya memegang komuz dan mulai memainkannya, saya lupa pada segala masalah. Diri saya menjadi sensitif," ujarnya.

Sunday, April 17, 2011

Photostoria: West Coast Aceh's Road Less Travelled



Banda Aceh-Meulaboh highway span approximately 240 km 
on the west coast of Aceh. This highway is important to 
connect the capital Banda Aceh to the trading hub of Meulaboh.



After tsunami in 2004 hit the west coast of Aceh, the Lambeso River Bridge was swept away by tremendous waves. The loss made damage to the transportation routes between region, thus set hurdles to the local economy. As an instant solution, locals established a makeshift ferry to cross the Lambeso river.



The rough and ready ferry, when there's no other choice.


Saturday, March 19, 2011

Bukan Barang Wajib tapi Berguna



    Bagi pejalan pemula, ada beberapa tips dari saya sebelum melakukan perjalanan. Tentu saja, sebelum mempersiapkan barang-barang yang mau dibawa, sebaiknya pikir dulu mengenai bentang alam tempat yang akan dituju, musim, orang dan budaya setempat.

  1. Leging
  2. Apabila kamu bepergian ke pegunungan atau negara non tropis di waktu musim dingin mulai dari November sampai Februari, tidak ada salahnya untuk membawa leging yang cukup tebal. Ingat, bukan stoking loh. Leging sangat bermanfaat, baik dipakai sebagai bawahan atau dalaman rok dan jeans sekalipun. Kamu bisa pilih pakai leging semata kaki atau leging penuh sampai ujung kaki seperti penari balet.

    Suatu waktu saya sempat ditertawakan karena menganjurkan leging sebagai barang bawaan kepada teman pria saya untuk dibawa, memang kesannya tidak macho. Namun, di tengah cuaca dingin, leging dapat menjadi kulit kedua kamu yang menghangatkan loh, dan sangat fleksibel sehingga tidak akan menghambat gerak. Terbukti teman pria saya itu menyesal tidak memakai leging di bawah jeansnya ketika kami harus mulai trekking di Hsipaw pada jam  4 pagi untuk melihat sunrise di ketinggian   perbukitan Myanmar. Saat itu di awal Januari, terbayang kan dinginnya, brrr!

    Percayalah, apa yang kamu pikir tidak tepat itu akan bekerja sesuai fungsinya di saat yang paling tepat, tidak ada salahnya bersiap, bukan? 

  3. Antihistamin
  4. Jangan terlalu banyak membawa obat, beberapa obat standar cukup mudah ditemukan di mana saja. Jadi lebih baik siapkan obat-obat yang dibutuhkan di kala mendadak, dan sulit ditemukan selain di apotek besar.

    Sejauh ini, antihistamin tidak pernah mengecewakan saya. Tidak semua orang diberkati dengan daya tahan tubuh yang selalu fit. Beberapa orang memiliki alergi yang mudah dipicu oleh perubahan suhu dan udara, seperti saya. Antihistamin bisa menangkal itu. Selain itu, saat radang tenggorokan atau gejala demam, obat ini juga dapat membantu untuk mengurangi radang yang terjadi. Selalu cek kualitas asupan makanan ketika bepergian. Kalau sehat kan jalan jadi enak.

Friday, February 11, 2011

Photostoria: Pyay Children in Shin Pyu Ceremony


One afternoon in the mid January I stopped in Pyay on my bus trip from Yangon to Bagan. The curiosity crawled to my head to saw the people that filled half of the road. I was wondering what kind of ceremony took placed at that time. And it was worth for a stop back then. The people celebrated the Shin Pyu ceremony, the initiation rite when a child become a monk.



This boy's cheek dressed with tanaka. A traditional sun protective traditional make up. It made from wooden plant, dust into powder in a stone grinder.