Kali ini, di antara bukit hijau kaum nomaden Kirgizstan saya menemukan bagian yang paling orgasmik dari keseluruhan hari. Matahari saat itu sedang agak kelabu, sekitar jam tiga sore di awal bulan Mei 2011. Sebelum mencapai gunung bersalju, saya harus berkendara melintasi dataran tinggi Kirgiz yang seperti bentangan karpet menghijau.
Sampai di ketinggian hampir tiga ribu meter di atas permukaan laut, saya dan grup beristirahat di sebuah yurt yang dijadikan tempat peristirahatan dan kedai teh. Tidak disangka di sana ada beberapa rombongan akademisi yang mau menyambut delegasi penting dari Cina dengan nyanyian khas Kirgiz. Jadilah kami menonton mereka latihan musik dengan komuz (gitar tradisional Kirgiz).
Di antara pemain, ada satu yang sangat menonjol, dia seorang doktor dari Universitas Bishkek. Namun, sayang sekali saya lupa menuliskan namanya yang cukup sulit untuk diingat. Masih terngiang ketika saat itu saya bertanya apa yang membuatnya begitu dalam menghayati permainan komuz. Dia tersenyum dan menjawab,
"Ketika saya memegang komuz dan mulai memainkannya, saya lupa pada segala masalah. Diri saya menjadi sensitif," ujarnya.
Musiknya sendiri sederhana dan mudah dicerna. Bahkan ketika pertama kali saya dengar. Petikan bunyi dawai bergetar melalui rongga menghasilkan bebunyian kuno yang sudah dimainkan kaum nomaden berabad-abad silam. Seorang penyanyi perempuan berpenampilan khas etnis Kirgiz menambahkan kesyahduan petikan Doktor Komuz dengan jangkauan suaranya yang penuh emosi. Tak pelak lagi menyisakan sedikit kesan prehistorik dari tradisi musik mereka di kalbu saya.
Menarik, terasa sekali bahwa komuz itu tidak dimainkan oleh seorang komposer yang dilengkapi dengan lembaran partitur, melainkan oleh seorang pria yang hanya ingin menyerahkan diri di padang rumput hijau ini untuk menikmati hatinya yang sensitif.
Beberapa kali sudah, senyum mengembang di wajah saya ketika mengingat kenangan Doktor Komuz ini. Musik kuno yang indah dan menggetarkan. Ritmik nyanyian mereka yang bercerita mengenai kejayaan Attila si orang Hun, pemain yang karismatik, dan tidak lupa juga, saya berada di tengah luasnya perbukitan hijau Kirgizstan!
No comments:
Post a Comment